Ditulis Oleh : Febri Maryani, S.ST., M.K.M.

Definisi

Blended Learning atau hybrid merupakan bagian dari Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).  Kata blended  memiliki arti pembelajaran konvensional (tatap muka di kelas) didukung oleh format pembelajaran elektronik. Kondisi ini terjadi karena kebutuhan dan minat belajar setiap peserta didik berbeda satu sama lain maka lembaga perlu mengkombinasikan pendekatan strategi pembelajaran.

Blended Learning merupakan metode pembelajaran dengan mengkombinasikan atau campuran sistem pembelajaran online dan tatap muka (face to face learning). Kombinasi ini tergantung pada teknologi, pedagogi, dan konteks pembelajaran. Hal ini mendorong penggunaan teknologi modern untuk meningkatkan pembelajaran dan pengembangan pendekatan fleksibel dalam mendesain kelas guna meningkatkan keterlibatan siswa.

Pembelajaran yang didukung dengan metode pembelajaran secara online dapat memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan motivasi peserta didik. Hal ini sangat cocok untuk mendorong kolaboratif dan pembelajaran konstruktif yang sesuai dengan kondisi saat ini.

Blended Learning disebut sebagai Hybrid Model. Dalam hal ini perbedaan dengan PJJ  yaitu untuk PJJ diperlukan perizinan secara khusus dan persyaratan dari kampus penyelenggara. Namun untuk Blended Learning  tidak memerlukan izin karena sudah diatur. Berdasarkan Kepmen No. 109/2013 pasal 3, Blended learning dapat diselenggarakan pada tingkat program studi atau mata kuliah. Program studi diperbolehkan menggunakan sistem Blended learning ini hingga 50% dari total jumlah mata kuliah. (Amini, 2019)

2. Persiapan pembelajaran

Lembaga penyelenggara pendidikan sebaiknya menggunakan kombinasi dengan beberapa pendekatan strategi pembelajaran untuk mendapatkan model yang ideal sehingga akan tercapai secara tepat dalam hal waktu dan tempat. Blended learning  dirancang sebagai proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, misalnya melibatkan mahasiswa dalam melakukan sesuatu lebih dari sekedar membaca layar. Urutan kegiatan yang akan dilakukan mahasiswa atau peserta didik sudah dipetakan sebelumnya.

 Sumber daya dan peralatan yang dibutuhkan oleh peserta didik juga harus disampaikan sebelumnya. Sumber dan dukungan dalam proses ini, misalnya petunjuk tugas, panduan belajar, FAQ yang sesuai, link web, file media, dan hal yang mendukung lainnya. (Dewi, Ciptayani, Surjono, & Priyanto, 2019)

3. Strategi blended learning

Penjagaan kualitas dari sistem blended learning dengan memperhatikan prinsip pada industri 4.0 sebagai dasar untuk menginovasi model pembelajaran. Blended Learning menerapkan sistem E-Learning namun kondisi ini memiliki keterbatasan, misalnya mahasiswa yang memiliki keterbatasan internet.

Startegi proses blended learning bervariasi, hal ini disesuaikan dengan kedisplinan, tingkat tahun, karateristik mahasiswa, hasil belajar, dan memiliki desain pembelajaran yang bertujuan untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada peserta didik. (Dewi et al., 2019)

4. Keunggulan atau manfaat dari blended learning

Proses pembelajaran ini dapat memberikan manfaat bagi peserta didik, yaitu meningkatkan akses dan fleksibilitas untuk peserta didik, meningkatkan proses pembelajaran akktif, pencapaian pengalaman dan hasil pembelajaran yang lebih baik. Selain itu manfaat bagi pengajar, yaitu dapat meningkatkan praktik pembelajaran dan manajemen kelas. Blended yang dimaksud yaitu tentang tatap muka dan kegiatan pembelajaran online; kelas tatap muka konvensional dengan model yang berbeda, misalnya diselenggarakan pada akhir pekan, intensif, eksternal, trimester; penggunaan teknologi, misalnya kuliah capture, dengan media sosial, dan teknologi; pelaksanaan simulasi, kegiatan kelompok, pembelajaran berbasis web.(Dewi et al., 2019)

5. Aspek-aspek blended learning

Beberapa aspek yang dalam blended learning yaitu Mode delivery, hal ini mengkombinasikan traditional leraning dengan pendekatan web based online. Aspek yang kedua yaitu teknologi, aspek ini menerapkan kombinasi dari media dan teknologi. Aspek yang ketiga yaitu pedagogi, merupakan kombinasi beberapa pendekatan pedagogi. Aspek yang keempat yaitu kronologi, dalam hal ini melakukan pendekatan synchronous (real-time) dan asynchronous.(Nasution & Jalinus, 2019) (Muhammad Hanif Fahmi, 2020)

6. Keberhasilan blended learning

Keberhasilan dari sistem blended learning didefinisilkan sebagai sebuah praktik pembelajaran yang menghasilkan pembelajaran berkualitas dan mendapatkan pengalaman pembelajaran yang positif. Pengajar mendapatkan kepuasan dan beban kerja seimbang. Seimbang dalam hal ini yaitu terjadinya keseimbangan antara pengajaran dan penelitian.

Blended learning  ini memiliki keuntungan dan tantangan bagi peserta dan penyelenggara, selama keduanya mampu melewati tantangan maka keberhasilan yang diperoleh. Faktor mahasiswa yang mendukung keberhasilan ini yaitu jika mahasiswa mempunyai pengetahuan yang cukup dalam penggunaan teknologi yang digunakan pembelajaran. Dalam hal ini peran pendidik, harus melatih menelusuri data dan informasi yang disediakan saat pembelajaran blended.

Selain dari faktor peserta didik, faktor penyelenggara dalam hal ini institusi pendidikan sangat mempengaruhi keberhasilan metode ini. Faktor yang pertama yaitu alokasi layanan yang didedikasikan untuk mendukung dan membantu peserta didik dan fasilitator, dalam hal pengembangan dan penggunaan modul. Faktor berikutnya yaitu pengeluaran sumber daya untuk mendorong instruktur dan calon pengguna untuk aktif terlibat dan menyadari sepenuhnya penggunaan blended learning.  Instruktur atau pengajar harus belajar penggunaan teknologi agar dapat secara efektif memfasilitasi pembelajaran peserta didik (mahasiswa). Faktor sikap, kesiapan, dan keterampilan sangat dibutuhkan dari pengajar. (Nasution & Jalinus, 2019)

7. Tahapan pengembangan model blended learning pada pendidikan vokasi

Pada tahap plan  yang perlu diperhatikan untuk menciptakan model blended learning, yaitu tentang komposisi antara pembelajaran online dan metode face to face. Proporsi pemanfaatan media online, berkisar 20% digunakan untuk pemberian konten pembelajaran dan assesment, kurang lebih 30-70% dengan menggunakan blended learning, sisanya dengan menerapkan metode konvensional (tatap muka). (Dewi et al., 2019).

8. Proporsi pemanfaatan VBL (Vocational Blended Learning)

Berikut proporsi pemanfaatan pendidikan vokasi terhadap metode blended learning (Dewi et al., 2019):

Daftar Pustaka:

Dewi, K. C., Ciptayani, P. I., Surjono, H. D., & Priyanto. (2019). BLENDED LEARNING – Konsep dan Implementasi pada Pendidikan Tinggi Vokasi. In Jl. Tukad Batanghari VI.B No. 9 Denpasar-Bali.

Muhammad Hanif Fahmi. (2020). Jurnal nomosleca. Jurnal Nomosleca, 6(April), 68–76.

Nasution, N., & Jalinus, N. (2019). Buku Model Blended Learning. Anugrah Jaya.

https://www.farah.id/read/2019/05/19/673/blended-learning-adalah-bagian-dari-pendidikan-jarak-jauh#:~:text=PJJ%20adalah%20100%25%20online%20sehingga,atau%20matakuliah%20(ranah%20pembelajaran). (diakses, 22 Mei 2023, pukul 09.47 WIB)