Pterigium berasal dari bahasa yunani yaitu Pteron yang berarti sayap (Wing). Pterigium merupakan jaringan fibrovaskuler yang menginfiltarsi konjungtiva bulbi, pada permukaan kornea, bersifat degenerative dan invasive, umumnya bilateral di sisi nasal, biasanya berbentuk segitiga dengan kepala/apex menghadap ke sentral kornea dan basis menghadap lipatan semilunar pada kantus.

Pterigium adalah suatu perluasan fibrovaskular dari konjungtiva yang bertumbuh dan mengarah ke kornea. Berbentuk seperti daging, berwarna kuning sampai putih. Pada keadaan ini penderita akan merasa kurang nyaman dan jika perluasan dari pinguecula ini sudah mencapai bagian dari kornea mata, maka penderitanya akan mengalami penurunan dalam fungsi penglihatan. Pterigium ini biasanya terjadi pada beberapa orang yang sering terpapar dengan sinar matahari dan angin, sehingga pterigium banyak terjadi pada daerah yang beriklim tropis contohnya seperti Indonesia.

Klasifikasi pterigium:

Ada 4 (empat) klasifikasi pterigium antara lain:

  1. Pterigium dengan prograsifitas tinggi
  2. Recurrent pterigium
  3. Malignant pterigium
  4. Pseudopterigium

Gejala pterigium ditandai dengan tumbuhnya selaput pada bagian putih (sclera) permukaan bola mata selaput ini biasanya tidak menimbulkan keluhan lain, tetapi tetap dapat disertai dengan gejala lain yang mengganggu antara lain;

  1. Mata merah
  2. Rasa gatal atau peruh di area selaput
  3. Sensasi seperti ada yang mengganjal di mata jika selaput pterigium sudah terlalu tebal atau lebar

Pterigium juga dapat menyebabkan penglihatan terganggu saat pertumbuhan sudah mencapai bagian kornea mata, seperti membuat pandangan menjadi samar.

Pterigium dapat dicegah dengan memakai kacamata hitam atau topi pada saat sedang berakfititas diluar ruangan. Upaya tersebut bertujuan untuk menghindari paparan sinar matahari, asap, atau debu yang dapat memicu pterigium.

Pengobatan pterigium

Apabila sudah terpapar pterigium, maka  sangat dianjurkan untuk memeriksakan ke dokter. Pada tahap yang masih ringan umumnya tidak memerlukan perawatan intensif. Tetapi jika gejala pterigium sudah mulai terasa membuat tidak nyaman maka kita dapat meminta dokter untuk melakukan pengobatan ringan, seperti:

  • Tetes mata akan digunakan sebagai pelumas, atau dengan air mata buatan.
  • Tetes mata vasokonstriktor.
  • Tetes mata steroid jangka pendek untuk meredakan peradangan.

Setelah dilakukan pengobatan seperti diatas, pasien tetap disarankan untuk menjalani pemeriksaan mata secara berkala yang berguna untuk memantau perkembangannya.

Kesimpulan yang dapat diambil pada artikel kali ini yaitu bagi orang yang sudah berusia 40 tahun atau lebih, dianjurkan untuk menggunakan kacamata hitam dan topi pada saat berada atau bekerja diluar ruangan guna menghindari paparan sinar matahari secara langsung agar terhindar dari ancaman risiko pterigium.