Ditulis Oleh : Kadaryati, M.Kes. ([email protected])

Penyebab gangguan penglihatan terbanyak di seluruh dunia adalah gangguan refraksi yang tidak terkoreksi, salah satunya yaitu miopia. Setelah itu diikuti oleh katarak dan glaucoma. Sebesar 18% tidak dapat ditentukan dan 1% adalah gangguan penglihatan sejak masa kanak-kanak. Sedangkan 3 penyebab kebutaan terbanyak di seluruh dunia adalah katarak, diikuti oleh glaucoma dan Age related Macular Degeneration (AMD) (WHO, 2012). Miopia merupakan suatu kelainan refraksi yang relatif banyak menyebabkan gangguan pada penglihatan. Miopia juga merupakan salah satu dari lima besar penyebab kebutaan.

Penelitian oleh Holden et al (2016) memperkirakan pada tahun 2050 akan ada 4.758 juta orang dengan miopia dan 938 juta orang dengan miopia berat. Sedangkan prevalensi di seluruh dunia adalah sekitar 30% dan hingga 80% pada populasi Asia tertentu. Dalam pengamatan beberapa dekade terakhir menunjukkan bahwa rata-rata prevalensi miopia telah mengalami peningkatan dan ada epidemik miopia di Asia. The Handan Eye Study menunjukkan tingkat prevalensi penderita miopia dan miopia derajat tinggi (miopia lebih dari 6 dioptri) pada populasi orang dewasa di pedesaan Tionghoa adalah 26,7% dan 1,8%, dan studi populasi orang dewasa Tionghoa Singapura menunjukkan tingkat prevalensi miopia dan miopia derajat tinggo adalah 38,7% dan 9,1%. Miopia derajat tinggi dapat meningkatkan risiko komplikasi mata dan dapat mengakibatkan gangguan penglihatan seperti katarak imatur, glaucoma, ablasio retina, dan degenerasi macular (Holden, 2016). Myopia dibagi menjadi tiga yaitu myopia ringan meliputi kekuatan rendah sampai -3,00 dioptri (D), myopia sedang dengan ukuran -3.00 sampai -6,00, dan myopia tinggi yaitu kekuatan yang lebih besar dari -6.00. Miopia tinggi sering memerlukan perhatian yang lebih serius. Pada pasien dengan myopia tinggi, yang mencapai sekitar 2% dari populasi, lebih mungkin menderita penyakit mata tertentu seperti glaucoma atau katarak, dan lebih khusus yang berhubungan dengan retina yaitu ablasio retina, degenerasi retina sentral dan lainnya. Dr. Carlos Mateo mengatakan 40% dari pasien myopia dengan lebih dari 8 dioptri akan mengalami resiko beberapa jenis gangguan di pusat retina, dengan kehilangan penglihatan yang signifikan.

Gambar 2. (A) Refraksi pada mata emetropia (normal), berkas cahaya difokuskan tepat di retina, (B) Refraksi pada mata myopia, berkas cahaya difokuskan di depan retina
Gambar 3. Elongasi bola mata posterior dari ekuator pada myopia aksial

Gangguan penglihatan ablasio retina adalah lepasnya lapisan syaraf penglihatan dalam bola mata dari lapisan di bawahnya atau lapisan retina pigmen epitelium (RPE) dengan akumulasinya cairan subretina. Pada ablasio retina regmatogen dimana ablasio terjadi akibat adanya robekan pada retina sehingga cairan masuk ke belakang antara sel pigmen epitel dengan retina, akibat retina terangkat dan terlepas dari lapisan pigmen epitel. Pada ablasio retina syaraf penglihatan dalam bola mata lepas dari lapisan dibawahnya dengan akibat retina tidak dapat mengirimkan rangsangan cahaya ke otak sehingga penglihatan di daerah yang lepas akan terganggu. Kejadian ablasio retina regmatogen yaitu sekitar 1 dari 10.000 populasi normal. Kemungkinan ini meningkat pada pasien dengan myopia (40-50%), pasca operasi katarak (30-40%) dan trauma okuli (10-20%). Mengenai kedua mata kira-kira 10%. Insidennya terjadi pada umur 45 sampai 65 tahun tetapi bisa terjadi pada umur lebih muda jika terjadi pada penderita myopia yaitu dapat terjadi pada umur 25-45 tahun.

Pertimbangkan pasien yang khas mengalami ablasio retina, seperti pasien dengan myopia tinggi dengan usia berkisar 50 tahun, baik laki-laki ataupun perempuan, yang tiba-tiba mengalami gejala “flashes dan floaters”, yang biasanya terjadi secara spontan atau sesaat setelah menggerakkan kepala. Lakukan penggalian secara lebih detail terhadap gejala yang dialami.

Pertama, Flashes (photopsia). Ketika ditanya, pasien biasanya menjawab gejala ini bisa terjadi sepanjang waktu, tetapi paling jelas saat suasana gelap. Gejala ini cenderung terjadi terutama sebelum tidur malam. Kilatan cahaya (flashes) biasanya terlihat pada lapangan pandang perifer. Gejala ini harus dibedakan dengan yang biasanya muncul pada migrain, yang biasanya muncul sebelum nyeri kepala. Kilatan cahaya pada migrain biasanya berupa garis zig-zag, pada tengah lapangan pandang dan menghilang dalam waktu 10 menit. Pada pasien usia lanjut dengan defek pada sirkulasi vertebrobasilar dapat mendeskripsikan tipe lain fotopsia, yakni kilatan cahaya cenderung muncul hanya saat leher digerakkan setelah membungkuk.

Kedua, Floaters. Titik hitam yang melayang di depan lapangan pandang adalah gejala yang sering terjadi, tetapi gejala ini bisa menjadi kurang jelas pada pasien gangguan cemas. Tetapi jika titik hitamnya bertambah besar dan muncul tiba-tiba, maka ini menjadi tanda signifikan suatu keadaan patologis. Untuk beberapa alasan, pasien sering menggambarkan gejala ini seperti berudu atau bahkan sarang laba-laba. Ini mungkin karena adanya kombinasi gejala ini dan kilatan cahaya. Kilatan cahaya dan floaters muncul karena vitreus telah menarik retina, menghasilkan sensasi kilatan cahaya, dan sering ketika robekan terjadi akan terjadi perdarahan ringan ke dalam vitreus yang menyebabkan munculnya bayangan bintik hitam. Ketika kedua gejala ini muncul, maka mata harus diperiksa secara detail dan lengkap hingga ditemukan dimana lokasi robekan retina. Terkadang, robekan kecil dapat menyebabkan perdarahan vitreus yang luas yang menyebabkan kebutaan mendadak.

Ketiga, Shadows. Saat robekan retina terjadi, pasien seharusnya segera mencari pengobatan medis dan pengobatan efektif. Namun beberapa pasien tidak segera mencari pengobatan medis atau bahkan malah mengabaikan gejala yang dialami. Memang dalam beberapa saat gejala akan berkurang, tetapi dalam kurun waktu beberapa hari hingga tahunan akan muncul bayangan hitam pada lapangan pandang perifer. Jika retina yang terlepas berada pada bagian atas, maka bayangan akan terlihat pada lapangan pandang bagian bawah dan dapat membaik secara spontan dengan tirah baring, terutama setelah tirah baring pagi hari. Kehilangan penglihatan sentral atau pandangan kabur dapat muncul jika fovea ikut terlibat.

Leave a Reply