Ditulis Oleh : M. W. Budiana A.Md.R.O.,S.K.M.,M.M.

Walaupun pengukuran IPD jauh dapat dilakukan menggunakan Pupillometer atau sejenisnya, tetapi dalam praktek masih banyak menggunakan metode secara manual menggunakan penggaris PD dan senter (penlight) karena dianggap lebih mudah dan lebih praktis.  Akurasi pengukuran IPD manual dapat mendekati hasil pengukuran dengan alat otomatis dengan catatan pengukuran dilakukan berdasarkan teknik dan SOP yang tepat seperti yang telah dijelaskan pada bagian I.  Untuk menghasilkan ketepatan tinggi pengukuran IPD ini, perlu diketahui bagian – bagian mana dari mata yang dapat dijadikan acuan pengukuran

A. Kriteria Pengukuran

Pengukuran IPD dapat dilakukan berdasarkan keadaan mata pasien yang diukur dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda.  Secara anatomis bagian-bagian mata yang dapat diukur adalah sebagai berikut :

1) Pusat pupil

Pusat pupil merupakan bagian mata yang ideal sebagai acuan pengukuran IPD tidak tergantung pada bagian mata yang lainnya sehingga pengukuran dapat menghasilkan data yang akurat.

2) Tepi pupil

Bila pusat pupil tidak ditemukan karena berbegai hal maka pengukuran dapat dilakukan dari tepi pupil mata kanan sebelah nasal ke tepi pupil mata kiri sebelah temporal.

3) Limbus

Bila pusat pupil dan tepi pupil tidak ditemukan karena berbagai hal maka pengukuran dapat dilakukan dari tepi limbus mata kanan sebelah nasal ke tepi limbus mata kiri sebelah temporal.

4) Kantus

Bila pusat pupil, tepi pupil dan limbus  tidak ditemukan karena berbagai hal maka pengukuran dapat dilakukan dari tepi kantus mata kanan sebelah nasal ke tepi kantus mata kiri sebelah temporal.

B. Sumber Kesalahan Pengukuran IPD dengan Penggaris PD

Untuk mendapatkan ketepatan tinggi dalam pengukuran perlu diketahui berbagai faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan pengukuran IPD, diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Terjadi Paralaks

Parallaks adalah kesalahan pengamatan akibat jarak, seperti pemeriksa yang tidak menutup mata yang menyebabkan terjadinya kesalahan penempatan ujung penggaris dengan pusat pupil atau pemeriksa yang posisinya tidak sejajar dengan pesien.

2) Posisi Penggaris Tidak Tepat

Dalam hal ini penggaris harus membuat sudut sedemikian rupa, sedekat mungkin ke mata pasien agar tidak parallax dan skala pada penggaris menjadi tepat ketika dibaca pemeriksa.

3) Perbedaan Besar PD Pemeriksa dengan PD pasien

Bila hal ini terjadi maka pemeriksa tidak membaca secara akurat posisi skala penggaris di depan mata pasien akibat perbedaan PD yang besar.

4) Pasien menggerakkan kepala

Ketika posisi kepala pasien bergerak maka skala penggaris PD tidak akan memberikan hasil yang akurat.

5) Pemeriksa menggerakkan kepala

Hal yang sama akan terjadi ketika pemeriksa menggerakkan kepala, maka pembacaan skala akan terganggu.

6) Pemeriksa tidak menutup mata

Ketika mata pemeriksa tidak ditutup akan mengakibatkan terjadinya paralaks karena mata dominan yang bekerja lebih untuk membaca skala.

7) Pasien tidak langsung melihat ke pupil pemeriksa

Titik yang diukur akan menyimpang dari skala penggaris ketika pasien tidak melihat langsung ke pupil pemeriksa.  Untuk itu diperlukan instruksi yang jelas kepada pasien untuk melihat langsung pupil pemeriksa.

Daftar Referensi :

  1. Clifford W Brooks and Irvin M. Borish, 2007,  System For Ophthalmic Dispensing, St. Louis : Butterworth – Heinemann.
  2. Essilor Academy, Progressive Lenses Fitting Guide, Essilor Europe
  3. Lindy Dubois, 2006, Clinical Skill For The Ophthalmic Examination, New Jersey : Slack Incorporated
  4. ICEE, 2000, Lecture 22, ICEE Sydney

Leave a Reply