Ditulis Oleh : Murni Marlina Simarmata, S.S., M.Pd.

Ilustrasi Lensa Kontak (sumber shutterstock via kompas.com)

Tren penggunaan lensa kontak terus meningkat terutama di kalangan usia muda. Selain karena kebutuhan akan alat koreksi penglihatan, minat terhadap lensa kontak juga didorong oleh kebutuhan akan gaya hidup (life style) terutama bagi kaum muda. Lensa kontak dinilai lebih tepat untuk memperbaiki gangguan penglihatan tanpa harus mengubah tampilan wajah sebagaimana pengguna lensa konvensional. Pemakai lensa kontak merasa lebih bebas untuk beraktivitas dan tampilan warna mata pemakai lensa kontak dinilai banyak orang lebih trendy. Karena itu minat terhadap lensa kontak terus meningkat (Kompas.com 22/09/20).

Kendati demikian, lensa kontak membutuhkan perawatan lebih intensif dibanding lensa konvensional. Posisi lensa kontak yang  menempel langsung ke  mata dapat mengakibatkan berbagai risiko penglihatan jika prosedur pemakaian dan perawatannya tidak dijalankan dengan tepat (hellosehat.com).

Salah satu perawatan penting terhadap lensa kontak adalah membersihkan deposit. Secara sederhana deposit di sini dapat diartikan sebagai kontoran – kotoran yang menempel pada lensa. Akumulasi dari kotoran – kotoran tersebut dapat mengakibatkan gangguan penglihatan baru bagi mata. Karena itu, deposit lensa kontak perlu dikenali dengan baik dan prosedur penangangannya perlu dipelajari para pengguna dan calon pengguna lensa kontak.

Dirangkum dari Hadiyati, dkk (2020) berikut ini 5 deposit lensa kontak dan cara penangananannya:

  • Protein

Deposit ini berbentuk selaput putih yang menempel pada lensa. Protein yang membentuk selaput tersebut bersumber dari air mata. Dampaknya dapat mengakibatkan penglihatan berkabut bagi pengguna lensa kontak. Karena itu lensa kontak mesti dibersihkan secara berkala menggunakan tablet khusus yang dapat mengurai senyawa protein.

  • Lipid

Lipid merupakan lapisan lemak yang menempel pada lensa kontak. Deposit lipid mengakibatkan lensa kontak licin saat dipegang. Lipid dapat dihilangkan menggunakan MPS (Multi Purpose Solution) atau cairan pembersih lensa kontak.

  • Jamur

Ada beberapa jenis jamur yang dapat tumbuh pada lensa kontak. Beberapa di antaranya yang paling berbahaya karena dapat mengakibatkan infeksi pada kornea adalah jamur Fusarium, Apergillus  dan Candida. Ketiga jamur ini dapat dengan mudah tersebar ke bagian mata, karena itu pengguna lensa kontak mesti menggunakan obat anti jamur dalam perawatan lensa.

  • Kalsium

Kalsium dapat menempel pada lensa kontak dari air mata. Jika tidak dibersihkan secara berkala, pada lensa kontak akan muncul bitnik – bintik yang menembus permukaan lensa. Perawatan lensa dengan cairan MPS (Multi Purpose Solution) secara teratur dapat meminimalisir konsentrasi kalsium

  • Jelly Bump

Deposit ini sangat jarang muncul. Ciri – cirinya, muncul gumpalan-gumpalan pada permukaan lensa kontak. Sejauh ini penyebabnya belum diketahui pasti. Lensa kontak yang telah terkena deposit ini sebaiknya tidak digunakan lagi karena hingga sekarang belum ditemukan obat yang efektif untuk menghilangkan deposit tersebut dengan aman.

Selain kelima deposit di atas, masih banyak sumber penyakit mata yang dapat menempel pada lensa kontak dan menyebabkan terjadinya gangguan penglihatan. Jarak lensa yang ditempelkan sangat dekat terhadap mata memungkinkan perpindahan kuman dari sekitar permukaan lensa ke sekitar permukaan cairan mata.

Kuman yang masuk ke dalam mata akan memunculkan gejala inflamasi dan mungkin infeksi yang ditimbulkan pada awalnya tidak terlalu serius. Tetapi jika tidak segera ditangani dengan baik infeksi kuman dapat mengakibatkan kerusakan serius bahkan kebutaan. Karena itu, prosedur pemakian dan perawatan lensa kontak mesti terus menerus ditanamkan kepada para pengguna dan calon pengguna lensa kontak.

Referensi:

Kompas.com, “9 Efek Lensa Kontak Yang Perlu Diwaspadai”, 22/09/20

Hellosehat.com, “Mengenali Infeksi Mata Akibat Penggunaan Lensa Kontak”

Hadiyati, L., Witjaksono, A., & Gita Aprilia, P. (2020). Identifikasi Kandungan Deposit Lensa Kontak Pasca Pemakaian. Jurnal Sehat Masada14(1), 64-72.