Ditulis Oleh :  Kadaryati, A.Md.RO., S.Pd., M.Kes.

Lensa kontak di era milenial sekarang ini semakin lama semakin banyak diminati di kalangan remaja terutama kaum wanita sebagai pengganti kacamata, yang bertujuan sebagai alat bantu penglihatan dan juga memperindah penampilan wajah bagi penggunanya karena lebih praktis dan ringan. Pengguna lensa kontak dalam penggunaannya masih sering tidak memperhatikan kebersihan lensa kontak dan cara penggunaan yang tidak sesuai dengan SOP (Standart Operasional Prosedure) atau petunjuk pemakaian (Setianingsih, 2017).

Pengguna lensa kontak dapat berakibat pada kesehatan mata yang  disebabkan karena perilaku yang buruk terutama dalam memperhatikan hygiene atau kebersihan. Penting dan dianjurkan bagi pengguna lensa kontak untuk selalu menjaga dan menerapkan hygiene atau kebersihan (Setyaningsih, 2017). Perilaku yang tidak diterapkan oleh pengguna lensa kontak yaitu tidak memperhatikan hygiene atau kebersihan seperti, pengguna lensa kontak tidak mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh lensa kontak, ketidaktahuan pengguna lensa kontak dalam menentukan durasi meneteskan cairan dan durasi penggunaan lensa kontak, pengguna lensa kontak tidak memperhatikan penggunaan lensa kontak sesuai dengan petunjuk pemakaian yang benar, pengguna lensa kontak tidak mengetahui bahan dari lensa kontak yang digunakan, pengguna lensa kontak tidak mengganti lensa kontak sesuai dengan waktu yang ditentukan, pengguna lensa kontak kurang memahami dalam perawatan lensa kontak, sehingga dapat menyebabkan berbagai  gangguan mata diantaranya yaitu penglihatan menjadi terganggu atau kabur, gatal, konjungtivitis, mata kering, sampai dengan kebutaan permanen (Kurniawati et al., 2018).

Dampak lain dari penggunaan lensa kontak yang tidak tepat dapat mengurangi transmisi oksigen ke kornea sehingga berdampak pada perubahan fisiologis dan metabolisme sel di kornea. Dapat juga terjadi hipoksia kornea yang dapat menyebabkan kecepatan metabolisme epitel kornea menurun, produksi laktat meningkat, dan PH stroma menjadi asam. Selain itu, hipoksia dapat mempengaruhi struktur kornea yaitu menurunkan destinasi saraf, edema, dan penipisan epitel. Hal tersebut dapat menyebabkan nilai sensibilitas menurun (Nazriyah, 2016).

Sensibilitas kornea merupakan penggambaran dari persyarafan kornea atau kepekaan kornea terhadap rangsangan. Keadaan kornea yang normal baik secara struktural maupun secara fungsi mencerminkan sensibilitas kornea yang baik. Sensibilitas kornea yang menurun dapat menimbulkan penurunan refleks berkedip, perlambatan penyembuhan luka, penurunan aliran, kualitas air mata, bahkan bisa infeksi sampai kerusakan struktur pada kornea (Wulandari, 2015). Di bandingkan dengan kulit sensibilitas kornea 300-600 kali lebih sensitif. Penyebab yang dapat terjadi dari penurunan sensibilitas kornea seperti terganggunya refleks berkedip, penurunan stabilitas air mata, penurunan sekresi, dan juga dapat menyebabkan infeksi yang terjadi dipermukaan kornea mmenjadi meningkat (Heryati et.al,  2015).

Uji sensibilitas kornea merupakan uji yang digunakan untuk menilai  fungsi dari saraf trigeminus kornea. Biasanya dipakai untuk mengetahui kondisi sensibilitas kornea yang ada kaitannya dengan masalah atau penyakit mata akibat dari kelainan saraf trigeminus oleh herpes zooster atau bisa juga akibat dari gangguan ujung saraf sensibel kornea karena infeksi herpes simpleks. Dangan cara meminta penderita melihat jauh kedepan. Lalu, dari bagian lateral kornea dirangsang dengan kapas basah. Fungsi saraf trigeminus atau fasial dikatakan baik jika terdapat refleks mengedip, mata berair, atau mata terasa sakit (Ramadiyani et al., 2015). Pengukuran sensibilitas kornea penting digunakan untuk monitoring, mendiagnosis, dan prognosis penyakit sistemik dan kornea yang melibatkan nervus siliaris. Sensibilitas kornea dapat berpengaruh oleh beberapa faktor diantaranya yaitu: warna iris, umur, adanya arkus senilis, kehammilan, pemakaian obat topical anti inflamasi nonsteroid, dan menstruasi (Ramadiyani et al., 2015).

Eye hygiene merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah penyakit yang terjadi pada mata dengan menitikberatkan pada usaha kesehatan individu beserta lingkungan tempat tinggal individu tersebut (Suwantini, 2017). Tujuan menjaga eye hygiene menurut Rakhmawati (2014) adalah: (1) untuk meningkatkan kesehatan mata; (2) untuk menjaga kesehatan mata agar terhindar dari bakteri atau virus yang dapat menyebabkan gangguan atau penyakiit pada mata; (3) untuk memperbaiki kebersihan mata (eye hygiene) pada individu yang kurang menerapkannya; (4) Meningkatkan kualitas percaya diri individu.

Pemilihan jenis dan bahan lensa kontak yang tidak baik dapat menyebabkan oksigen tidak dapat masuk kedalam mata dan menjadikan  penglihatan mata menjadi kabur juga dapat merusak kornea pada mata. Pengaruh gaya hidup sangat lazim terhadap keputusan pembeliaan lensa kontak secara online dan dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari aktivitas, minat, dan opini seseorang terhadap barang yang dapat berpengaruh pada penampilannya (Hasibuan, 2018). Faktor gaya hidup dapat berdampak pada keputusan dan kepercayaan pembelian secara online yaitu  dengan cara seseorang tersebut memanfaatkan uang dan waktunya untuk membeli barang dengan harga murah dan dapat menunjang penampilan tanpa memerhatikan resiko yang dapat terjadi (Ardyanto, 2015).

Faktor usia juga dapat memengaruhi eye hygiene. Pada umumnya pada usia remaja lebih berpusat pada diri sendiri, ikut-ikutan teman dan mengikuti trend di era modern yang didukung oleh perkembangan media sosial saat ini untuk memuaskan dirinya tanpa berpikir panjang dan tanpa berfikir akan resiko yang akan diperolehnya. Usia tersebut ada kecenderungan pada diri remaja “narcistis”  adalah adanya rasa cinta pada diri sendiri, untuk memuskan diri sendiri terhadap penampilan sesuai dengan perkembangan zaman. Pada tahap ini remaja pada keadaan lebih mementingkan ego dari pada dampak dari sesuatu yang telah dipilihnya (Ereshinta, 2017).

Faktor jenis kelamin juga dapat memengaruhi eye hygine. Remaja perempuan lebih dominan beranggapan bahwa fashion dan style adalah segalanya yang dapat menunjang penampilan dan membuat diri remaja tersebut menjadi menarik serta adanya media masa yang menunjang keinginan remaja tersebut. Remaja perempuan pada masa ini mengalami peralihan-peralihan yang sangat cepat terutama pada fisik dan intelektual (pengetahuan) dimana remaja tersebut mengalami rasa ingin tau yang berlebih terhadap perkembangan zaman dan berusaha untuk selalu mengikuti trend yang ada dimasa kini guna untuk membuat dirinya memiliki penampilan yang menarik (Nasrudin. 2017).

Faktor lama menggunakan lensa kontak juga dapat memengaruhi eye hygiene. Sebagian besar pengguna baru lensa kontak tidak mengetahui dan memahami cara pemilihan jenis dan bahan lensa kontak yang baik dan benar, dan tidak mengetahui cara perawatan lensa kontak dengan baik dan benar. Sebaliknya pada pengguna lensa kontak dengan jangka waktu lama menggunakan akan lebih memahami, mengetahui, dan memiliki wawasan yang luas tentang cara pemilihan jenis dan bahan serta perawatan lensa kontak dengan baik dan benar. Selama ini orang menggunakan lensa kontak tidak berdasarkan pengetahuan khususnya pada seseorang yang baru menggunakan lensa kontak yang akan lebih rentang mengalami masalah kesehatan mata. Penggunaan lensa kontak sebenarnya bisa berbahaya ketika seseorang tersebut tidak mengetahui dan memahami cara pemilihan jenis dan bahan lensa kontak yang baik dan benar, dan tidak mengetahui cara perawatan lensa kontak dengan baik, tidak menjaga kebersihan dan tidak disiplin dalam pemakaian sehingga dapat menimbulkan masalah kesehatan mata (Tjahjono, 2015).