Ditulis Oleh : Opep Cahya Nugraha, A.Md.RO., S.K.M., M.M.

Dalam  kenyataan sehari hari setiap  manusia menginginkan  memiliki mata yang normal baik itu dari segi tajam penglihatan maupun aspek kosmetik ketika lawan bicara melihatnya. Akan tetapi banyak orang yang jauh dari harapan semula dan masih ada sebagian orang dengan mata yang tidak simetris atau boleh dikatakan dengan mata juling. Dalam kamus opthometri juling biasa disebut dengan strabismus. Akan tetapi strabismus disini  dapat dibedakan secara umum strabismius yang terlihat atau tidak terlihat. Pada kesempatan ini penulis akan mencoba menulis tentang strabismus yang diakibatkan dari penyimpangan sumbu bola mata.

Adapun definisi dari Heterotropia adalah suatu keadaan penyimpangan sumbu bola mata yg nyata ( manifes) dimana kedua sumbu penglihatan tidak berpotongan pada titik fiksasi. Mata juling dalam istilah medis dikenal dengan istilah strabismus. Kondisi ini terjadi akibat adanya gangguan koordinasi pada otot penggerak bola mata. Gangguan tersebut dapat membuat satu mata melihat ke arah depan, sedangkan satu mata lainnya melihat ke atas, bawah, atau samping. Penyebab strabismus juga dapat mencakup cedera saraf atau disfungsi otot yang mengendalikan mata. Gejala utamanya adalah mata yang tidak melihat persis ke arah yang sama pada waktu yang sama.

Apa yang harus dilakukan oleh seorang refraksionis optisien ketika mendapati kasus tersebut ? yang pertama adalah pastikan bahwa pasien tersebut menderita strabismus hal ini kenapa karena pada kasus deviasi yang kecil akan menimbulkan keraguan bagi pemeriksa apakah masuk dalam kategori deviasi atau tidak. kemudian identifikasikan penyimpangan tersebut dengan metode pemeriksaan obyektif dengan cover test.  ( lihat gambar )

Gambar 1. Cover Test

Setelah dipastikan bahwa pasien tersebut menderita penyimpangan sudut deviasi maka Opthomeri harus melakukan pemeriksaan untuk menentukan sudut deviasi dengen tehnik Hirscberg test. Apa yang dimaksud tehnik Hirscberg tes adalah salah satu metode untuk mendeteksi deviasi manifest dengan mengamati pantulan cahaya dari kornea, sehingga dari sini opthometri mendapatkan gambaran tentang kemungkinan deviasi pantulan cahaya yang  terjadi pada mata pasien tersebut.

Adapun ciri ciri dari penggunaan metode ini adalah sebagai berikut :

1.Cepat

2.Mudah dilakukan

3.Memerlukan kerjasama yang sedikit dari pasien

4. Hanya peka terhadap penyimpangan yang besar ( 10 ∆ atau lebih )

Adapun praktisi menggunakan tehnik ini harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :

  • Iluminasi ruang periksa sedang
  • Test dilakukan dengan atau tanpa lensa koreksi dengan catatan kelainan refraksinya signifikan
  • Pemeriksa duduk berhadapa dengan pasien dengan satu mata ditutup dan letakan senter dibawah mata yang terbuka kemudian pasien disuruh melihat cahaya tersebut .
Gambar 2. Teknik Hirscberg

 Apabila terlihat deviasinya sangat besar maka opthpmeri wajib merujuknya ke ophthalmology sedangkan apabila deviasinya kecil maka opthometry wajib melakukan pemeriksaan refraksi subjektif secara monokuler .

Ketika penyebab dari deviasi tersebut adalah adalah karena amblyiopia atau anisometropia maka koreksi kelainan refraksinya dan akan sangat membantu dalam penglihatannya akan tetapi ini juga berkaitan dengan usia penderita apabila usia nya lebih dari 5 tahun maka segerelah rujuk ke ophthalmology ,dengan catatan deviasinya lebih dari 20 ∆ tidak mungkin dapat dikoreksi akan tetapi harus dirujuk ke ophthalmology untuk mendapatkan pembedahan sehingga bukan saja deviasi yang ditanggulangi akan tetapi aspek kosmetikpun didapat .

Adapun secara umum terapi  heterotropia secara umum dapat dibagi menjadi :

  1. Tindakan bedah atau operasi
  2. Orthoptik training
  3. Koreksi dengan kacamata

Keberhasilan pengobatan strabismus sangat tergantung kepada :

  1. Lamanya strabismus
  2. Umur anak atau penderita
  3. Kelainan refraksinya
  4. Sikap orang tua

Kesimpulannya adalah pada penderita Strabismus dg usia dibawah 5 tahun yang disebabkan oleh Amblyopia atau Anisometropia yg melebihi dari 3 dioptri, koreksi kelainan refraksinya tetap akan memberi manfaat bagi anak tersebut.

Pada umumnya, kasus Strabismus ditemukan dengan deviasi yang sudah lebih dari 20 dioptri sehingga peran RO adalah untuk tetap merujuk ke Dokter Spesialis Mata.