Penglihatan dapat dibagi menjadi kelainan berdasar organic dan non organic , adapun yang masuk kategori non organic dapat dikelompokkan dalam kelainan refraksi yang dapat dibagi menjadi : myopia, hypermetropia dan astigmat (Abdillah et al., 2023). Sedangkan yang masuk katagori organic salah satunya adalah strabismus, atau mata juling, merujuk pada kondisi dimana mata tidak sejajar dan tidak dapat bekerja bersama-sama untuk fokus pada satu titik. Hal ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan otot mata atau ketidakseimbangan dalam sistem pengaturan mata dan otak. Strabismus, atau mata juling, dapat melibatkan beberapa langkah pemeriksaan. Penting untuk diingat bahwa hanya seorang profesional kesehatan mata, seperti optometris atau oftalmologis, yang dapat memberikan diagnosis yang akurat. Berikut adalah beberapa langkah umum yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi strabismus:

1. Strabismus dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut:

  • Faktor Genetik: Adanya riwayat keluarga dengan strabismus dapat meningkatkan risiko.
  • Gangguan Otot Mata: Kelainan dalam otot mata atau saraf yang mengendalikannya.
  • Gangguan Refraksi: Kesalahan refraksi seperti rabun jauh atau dekat dapat memicu strabismus.

2. Klasifikasi Strabismus:

Strabismus dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa parameter, termasuk:
Esotropia (mata juling ke dalam), Exotropia (mata juling ke luar), Hypertropia (mata juling ke atas), Hypotropia (mata juling ke bawah).   

Gambar strabismus .(sumber allodoc. Th 2023)

3. Dampak Strabismus pada Perkembangan Visual dan Psikososial:

  • Perkembangan Visual: Gangguan persepsi kedalaman dan penglihatan binokular.
  • Aspek Psikososial: Stigma sosial, rendahnya harga diri, dan dampak psikologis pada anak-anak dan dewasa.

4. Pemeriksaan dan Diagnosis Strabismus:

  • Pemeriksaan Klinis: Pengamatan gerakan mata, tes refraksi, dan tes keseimbangan mata.
  • Alat Bantu Diagnostik: Penggunaan alat seperti cover-uncover test, alternately cover test, dan pengukuran sudut deviasi.
  • Pemeriksaan Visual:
    • Tes Refraksi: Pemeriksaan ini membantu menentukan apakah terdapat masalah refraksi seperti rabun jauh atau dekat, yang dapat menjadi penyebab strabismus.
    • Pemeriksaan Penglihatan Binokular: Ini melibatkan pengujian cara mata bekerja bersama-sama untuk menyatukan gambar dan membentuk persepsi kedalaman.
    • Pemeriksaan Gerakan mata: Pemeriksa akan memeriksa gerakan mata dengan mengamati apakah mata bergerak bersama-sama dan berkoordinasi dengan baik.
  • Pencahayaan dan Bayangan:
    • Cover-Uncover Test: Pemeriksa akan menutup satu mata, kemudian membukanya sambil menutup mata yang satunya. Ini membantu mendeteksi deviasi mata yang tidak terkoordinasi (Uchida et al., 2018)
    • Test Alternating Cover: Tes ini melibatkan penggunaan peralatan khusus yang menggantikan fungsi penutup tangan, memungkinkan pemeriksa untuk melihat perubahan dalam orientasi mata secara lebih rinci.
  • Pemeriksaan Strabismus Sudut(Ghorbani Mojarrad, 2019):
    • Pengukuran Sudut Strabismus: Dokter mata dapat menggunakan alat khusus untuk mengukur sudut deviasi mata dan menentukan tingkat strabismus.

5. Prinsip Pengelolaan dan Terapi Strabismus:

  • Terapi Oklusi Mata: Penggunaan penutup mata untuk memaksa penggunaan mata yang kurang aktif.
  • Terapi Otot Mata: Terapi fisik untuk meningkatkan kekuatan dan koordinasi otot mata.
  • Koreksi Refraksi: Kacamata atau lensa kontak untuk memperbaiki masalah refraksi yang mungkin memicu strabismus.

Pencegahan dan Tindakan Pengelolaan Awal

Pengukuran Rutin : Pemeriksaan mata rutin pada anak-anak untuk mendeteksi dini strabismus.

Edukasi dan Konseling : Pendidikan kepada orangtua dan pasien mengenai kondisi, perawatan, dan harapan prognosis.

Peran Dukungan Keluarga dan Masyarakat: Pentingnya dukungan keluarga dan masyarakat dalam membantu individu dengan strabismus. Maka diperlukan Penatalaksanaan strabismus pada anak sebaiknya dilakukan sebelum usia 7–8 tahun, karena dapat menjadi permanen apabila dilakukan setelahnya. Hal ini karena terganggunya perkembangan visual pada anak <7 tahun dengan strabismus. Gangguan penglihatan dapat terjadi karena jaras persarafan dari mata ke otak tidak terstimulasi dengan baik. Hal ini menyebabkan gangguan persepsi “kedalaman” atau aspek 3 dimensi benda (stereopsis). Jika Anda curiga bahwa Anda atau seseorang yang Anda kenal memiliki strabismus, sangat penting untuk segera berkonsultasi dengan profesional kesehatan mata. Pemeriksaan yang cermat dan diagnosis yang tepat dapat membantu menentukan pengobatan dan langkah-langkah selanjutnya yang diperlukan.

Reference

Abdillah, B. R., Nugraha, O. C., & Supandi, H. (2023). Pemeriksaan Penderita Presbyopia Dengan Status Refraksi Hypermetropia, Myopia, Astigmat Dan Emetropia Masyarakat Cilandak Periode Januari 2023. Jurnal Mata Optik, 4(1), 6–17.

Ghorbani Mojarrad, N. (2019). Genetic prediction of myopia.

Uchida, N., Takatuka, K., Hinokuma, K., Hirata, K., Yamaba, H., & Okazaki, N. (2018). Automated cover-uncover test system using active LCD shutter glasses. 2018(2), 698–702.

 https://www.alomedika.com/penyakit/oftalmologi/strabismus/diagnosis (diakses tgl 13 desember 2023.pukul 16.36 wib)