Oleh : Ferry Doringin, Ph.D.

Tiga tahun lalu adalah titik balik dari ARO Gapopin ketika sejumlah upaya dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi mahasiswa. Langkah-langkah yang diambil mendatangkan sejumlah kekhawatiran, termasuk sejumlah mahasiswa yang protes terkait dengan ketatnya kelulusan dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI).

Namun, sikap keras ARO Gapopin seperti membentur tembok saat ini terkait dengan hiruk pikuk penggunaan Google Bard dan chat GPT. Dalam diskusi internal kami, muncul gugatan yang sangat kuat: “Haruskah kita membatasi mahasiswa dalam menggunakan Google Bard atau chat GPT ataupun aplikasi yang lain? Mengapa kita tidak membuka peluang bagi mereka untuk menggunakan teknologi dan dari situ kita membuat titik berangkat baru untuk mendorong mereka berkreasi dan mengeksplorasi?
Dengan ini, ARO Gapopin mendorong mahasiswa untuk melangkah lebih jauh, melakukan duc in altum atau pembelajaran dengan deeper learning.

Teknologi dan Pendidikan

Masa pandemi Covid-19 menjadi pembelajaran berharga untuk ARO Gapopin bahwa penggunaan teknologi tidak bisa ditunda-tunda lagi. Beruntung ARO Gapopin memiliki elearning yang mumpuni sehingga masa pandemi bisa dilewati dengan sangat baik. ARO Gapopin sungguh peduli dengan teknologi terkait dengan subyek pendidikan itu sendiri, yakni mahasiswa. Mereka adalah pengguna teknologi aktif yang bahkan akan kurang produktif tanpa gadget.
Dengan pertimbangan itu, ARO Gapopin menyiapkan diri untuk menyambut datangnya Google Bard dan Chat GPT yang pasti akan digunakan oleh mahasiswa dalam pembuatan tugas dan dalam Karya Tulis Ilmiah. ARO Gapopin menyiapkan diri untuk menjadi lebih cerdik dari mahasiswa.

Belajar dari Lompatan Teknologi

Teknologi meningkatkan peradaban. Itulah yang menjadi dasar pikiran dari Tim Inti ARO Gapopin. Kami belajar dari perkembangan teknologi itu.
Lompatan teknologi dimulai dari Revolusi Industri 1.0 pada akhir abad ke-18 ditandai dengan penemuan mesin uap dan mekanisasi produksi. Hal itu mengganti kerja tangan. Tokoh-tokoh pada masa ini adalah James Watt, Eli Whitney, dan Henry Cort.
Dibutuhkan sekitar 120 tahun kemudian untuk masuk pada Revolusi Industri 2.0. Penandanya adalah temuan listrik dengan tokoh Thomas Alfa Edison, Nikola Tesla, dan Henry Ford. Dibutuhkan 100 tahun kemudian untuk masuk dalam Revolusi Industri 3.0 ditandai dengan temuan komputer dan teknologi digital. Tokohnya adalah Steve Jobs dan Bill Gates.
Revolusi Industri 4.0 datang dengan penanda jaringan, integrasi teknologi, IoT, AI dan teknologi blockchain pada 50 tahun kemudian. Tokoh-tokohnya: Elon Musk, Mark Zuckerberg, Jeff Bezos, dan Satya Nadella.
Sesudah itu, hanya butuh sekitar 20-30 tahun untuk masuk pada Society 5.0 (terutama fenomena di Jepang) dengan penanda: augmented reality, virtual relaity, dan robotika. Tokoh-tokoh yang ada: Shinzo Abe, Jack Ma, dan Satya Nadella.
Lompatan teknologi yang cepat ini semoga terus diikuti oleh dunia pendidikan termasuk oleh ARO Gapopin. Tim Manajemen ARO Gapopin bertekad untuk mengikuti lompatan teknologi ini, mau belajar bersama, dan tidak kalah dengan gercep (gerak cepat) para mahasiswa.

Langkah ARO Gapopin ke depan

Mengikuti hasil penelitian Doringin et al. (2020), antisipasi pada perkembangan teknologi bisa dilakukan dengan:

  1. Bersikap bijak untuk merespon perubahan dan bersahabat dengan teknologi.
  2. Teknologi bisa membuat biaya pendidikan makin murah dan mutu meningkat.
  3. Teknologi membantu dosen makin menemukan bakat dan potensi mahasiswa.
  4. Teknologi menghadirkan model pembelajaran bervariasi, seperti blended learning, flipped learning, project-based learning, STEAM, termasuk penggunaan chat GPT.
  5. Teknologi perlu dilengkapi dengan karakter, sikap berbagi, dan sikap kritis.
  6. Teknologi dilengkapi dengan kemampuan Holistic Leadership yang adaptif dan fleksibel.