Ditulis Oleh : Lorentius Wahana Dika, S.Kom., M.M.

Amblyopia berasal dari bahasa yunani yaitu amblyos (tumpul) dan opia (penglihatan). Amblyopia merupakan suatu keadaan dimana pemeriksa tidak melihat apa-apa dan pasien melihat sangat sedikit.

Amblyopia atau sering juga disebut Lazy eyes atau mata malas, adalah kondisi mata yang mengalami penurunan tajam penglihatan, tak terkoreksi dengan kacamata atau lensa kontak. Sebagai akibat dari proses perkembangan visus sentral. Gangguan perkembangan tersebut dapat terjadi karena faktor optikal/refraksi, kekeruhan media refrakta, strabismus dan ptosis, sewaktu awal masa anak-anak (dibawah usia 6 tahun). Dalam kondisi ini, susunan saraf pusat tidak mampu menangkap secara sempurna kesan benda yang terlihat oleh mata ambliopik, tanpa diketahui apa sebabnya.

Amblyopia merupakan penyebab terbanyak penurunan ketajaman penglihatan pada anak, remaja dan dewasa muda. Meskipun kurang menyebabkan cacat penglihatan dibanding gangguan lain yang memerlukan deteksi dini misalnya katarak congetinal, amblyopia merupakan gangguan yang diderita orang awam dan dalam laporan pengelolaan menempati proporsi yang tinggi dalam hubungan antara dokter mata dengan anak-anak.

Pada amblyopia didapati adanya kerusakan penglihatan sentral, sedangkan daerah perifer dapat dikatakan masih tetap normal. Periode kritis ini sesuai dengan perkembangan sistem penglihatan anak yang peka terhadap masukan abnormal yang diakibatkan oleh rangsangan deprivasi, strabismus, atau kelainan refraksi yang signifikan. Secara umum periode kritis untuk amblyopia deprivasi terjadi lebih cepat dibanding strabismus maupun anisometropia. Lebih lanjut, waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya amblyopia ketika periode kritis lebih singkat pada rangsang deprivasi dibandingkan strabismus ataupun anisometropia.

Hampir seluruh kasus amblyopia hanya mengenai satu mata tetapi dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan pada kedua mata. Insidensinya pada populasi umum sekitar 2% sampai 3%. Pada amblyopia terjadi penurunan tajam penglihatan unilateral ataupun bilateral disebabkan karena kehilangan pengenalan bentuk, interkasi binokuler abnormal, atau keduanya, yang tidak ditemukan kausa organik pada pemeriksaan fisik.

Klasifikasi amblyopia dibagi kedalam beberapa kategori dengan nama yang sesuai dengan penyebabnya yaitu amblyopia strabismik, fiksasi eksentrik, amblyopia anisometropik, amblyopia isometropia dan amblyopia deprivasi. Amblyopia tidak dapat sembuh dengan sendirinya , dan amblyopia yang tidak diterapi dapat menyebabkan gangguan penglihatan permanen. Jika nantinya pada mata yang baik itu timbul suatu penyakit ataupun trauma, maka penderita akan bergantung pada penglihatan buruk mata yang amblyopia, oleh karena itu amblyopia harus ditatalaksana secepat mungkin.

Kesimpulan yang dapat diambil pada artikel mengenai amblyopia ini adalah, bahwa amblyopia berbeda dengan kelainan refraksi lainnya  karena amblyopia sering kali menyerang seseorang pada masa awal anak-anak (dibawah usia 6 tahun). Amblyopia tidak dapat terkoreksi dengan kacamata atau lensa kontak, dan amblyopia tidak bisa sembuh dengan sendirinya. amblyopia yang tidak diterapi dapat menyebabkan gangguan penglihatan permanen. Maka kita harus rutin untuk memeriksa kesehatan mata minimal 2 kali dalam setahun.

Daftar Pustaka

Aldhy Fithria, 2010, Amblyopia, Karya Tulis, Universitas Sumatera Utara.

Gunawan Wasisdi, 2006, Astigmatisma Miop Simplek Yang Mengalami Ambliopia Pada Anak Sekolah Dasar Di Yogyakarta, Berita Kedokteran Masyarakat, Vol.22, No.3.

Siregar Nurchaliza Hazaria, 2009, Amblyopia, Karya Tulis, Universitas Sumatera Utara.

Geriputri et al, 2019, Skrinning Kelainan Mata Pada Siswa SDIT ABATA Mataram, Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, Universitas Mataram Indonesia.

Leave a Reply